Kamis, 11 September 2014

Skripsi dan Alasan di Baliknya



Ada sebuah pesan yang sangat menarik yang diberikan oleh dosen penguji saya kepada saya setelah seminar proposal. Beliau berkata, “Saya minta maaf kalo tadi saya mengajukan banyak pertanyaan. Saya dan pembimbing-pembimbing kamu di sini tidak bermaksud mempersulit kamu dalam pengerjaan skripsi. Pertanyaan saya tadi hanya sebatas menguji, apakah kamu paham dengan apa yang kamu presentasikan ini tadi. Apakah proposal ini buatan kamu sendiri apa bukan, kan kami di sini tidak ada yang tahu. Jadi kalo kamu bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan ini tadi, berarti ini kan buatan kamu sendiri dan bisa dipertanggung jawabkan. Karena sebenarnya buku atau hard cover hasil skripsi itu tidak penting. Yang diharapkan dari skripsi itu bukan bukunya, tapi proses yang kamu alami dalam membuat buku itu. Kamu kan jadi harus berhubungan dengan banyak orang dan mengerti bagaimana cara hidup bersosial dan bermasyarakat. Kami di sini membantu kamu mempelajari hal itu."

Sungguh suatu hal yang tidak pernah saya pikirkan sebelumnya. Saya kira bahwa skripsi itu hanya sebuah tugas akhir, hanya memberikan beban kepada mahasiswa, tapi ternyata ada tujuan lain yang sangat mulia di baliknya. Saya tidak tahu dengan dosen lain, tapi sepertinya mereka mempunyai cara pandang yang sama. Memang dosen penguji dan pembimbing saya sangat membantu saya dalam mengerjakan skripsi saya. Dan saya cukup mengerti bahwa pekerjaan mereka juga sangat banyak, jadi bukan cuma saya saja yang diurusi. Tapi sejauh ini, selama saya menghubungi mereka, mereka selalu menyempatkan waktunya untuk saya.

Dosen sudah memberikan waktu untuk saya, bagaimana dengan saya sendiri? Ternyata kadar rajin dan malas saya tidak berimbang. Lebih sering malasnya daripada rajinnya. Bahkan sampai pendaftaran ETLS (Evidence Trauma Life Support, saya kuliah di kedokteran) ditutup, saya belum menyelesaikan skripsi saya. Sepertinya saya terpaksa mundur satu semester. Atau setengah semester mungkin. Saya berdoa semoga saya mundur tidak terlalu lama. Sekarang setelah semuanya terjadi, saya hanya bisa menyesal. Karena saya tidak menghargai waktu dan justru menhejar hal yang belum penting untuk sekarang. Untuk sekarang, yang harus dijadikan prioritas adalah skripsi. Ternyata malu dan tidak nyaman ketika bertemu teman-teman seangkatan dengan keadaan belum selesai skripsi. Semoga saya bisa tersadar bahwa waktu itu hanya maju dan tidak bisa mundur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar