pembuatan tulisan ini dibantu oleh enigma. Anda bisa mengunjungi blognya di www.xfile-enigma.blogspot.com dan juga membeli bukunya "Menguak fakta-fakta misterius paling fenomenal di dunia: Enigma 2"
Mendengar kata "hantu", apa yang terlintas di pikiran anda? Pocong? Kuntilanak? Kalong wewe? Pemikiran seperti ini biasanya muncul di dalam pikiran orang yang berpikiran pendek dan sempit. Jika anda marah, berarti anda berpikiran pendek dan sempit :). Jika kita bertanya kepada orang yang lebih skeptis, ilmuwan-ilmuwan barat misalnya, yang akan terpikir bukan hal seperti itu. Mereka akan berpikir, "Apakah hantu itu? Apakah mereka makhluk materi atau non-materi? Bagaimana bisa mereka menembus tembok, tapi juga bisa menggerakkan benda seperti kursi dan gelas?" Jujur saja, ketika menulis "bisa menembus tembok, tapi bisa menggerakkan kursi dan gelas" yang terpikir di otak saya bukan hantu, tapi Tobi, musuh Naruto yang memakai topeng berulir itu. Anda penggemar anime dan manga naruto pasti mengerti maksud saya.
Ketika saya menuliskan tentang ilmuwan-ilmuwan barat, mungkin anda protes. "Tentu saja mereka bersikap seperti itu, karena di agama mereka tidak dijelaskan tentang makhluk halus", mungkin seperti ini bantahan anda kepada saya. Ya, saya akui, dalam Islam dijelaskan bahwa Allah SWT menciptakan manusia, malaikat, setan, dan jin. Juga dijelaskan bahwa ada jin baik dan jin jahat. Jin jahat ini yang kemungkinan menjadi biang kerok atas penampakan di Indonesia. Sekarang, kenapa penampakan di Indonesia berbeda wujudnya dengan yang ada di luar negeri? Kenapa di luar negeri di dominasi hantu bangsawan sedangkan Indonesia di dominasi dengan hantu seperti pocong? Jika tersangkanya sama, harusnya wujudnya pun sama kan?
Saya kutip dari buku Enigma 2, dr. Shahar Arzy dan rekannya di University Hospital, Jenewa, Swiss, pernah mengadakan eksperimen dengan memberikan stimulasi elektromagnetik pada Temporoparietal Junction (TPJ) di otak kiri pasien. Kita tahu otak kiri adalah tempat semua yang logis, di mana 1+1=2 di otak kiri. Ketika stimulasi itu diberikan, semuanya menjadi terasa sangat mengerikan. Pasien segera melaporkan adanya bayangan seorang pria yang sedang berdiri di belakangnya. Kesimpulan eksperimen ini membuktikan bahwa ada kemungkinan fenomena penampakan bayangan semacam itu hanyalah akibat dari aktivitas otak yang tidak biasa. Selain itu, penampakan biasanya hanya dilihat oleh satu orang saja. Dengan begitu, penjelasan di atas masuk akal kan?
Fenomena selanjutnya adalah "ketindihan". Untuk anda yang belum pernah mengalami, saya yakinkan ini adalah pengalaman yang sangat menyeramkan. Ketindihan adalah suatu keadaan di mana kita terbangun dari tidur kita dan melihat, bahkan bisa merasakan, ada makhluk lain yang ada di dekat kita. Dalam kasus yang lebih ekstrim, bahkan makhluk itu mencekik kita. Biasanya kita akan ketindihan saat kita tidur saat maghrib, atau kalau dulu, bermain petak umpet atau kejar-kejaran di dekat pohon keramat di ujung desa. Sungguh membangkitkan memori masa kecil saya. Namun ada penjelasan yang amat sangat logis dari fenomena ini, bahkan dunia kedokteran mengganggap hal ini adalah hal yang biasa. Hal ini berhubungan dengan fase tidur REM dan non-REM. Anda bisa mencarinya di google untuk penjelasan lebih lanjut. Penjelasan tersingkat adalah, ketika seseorang mulai masuk atau keluar dari kondisi tidur yang dalam, pikiran dan tubuhnya bisa mengalami diskoneksi. Ini menyebabkan tubuhnya terasa lumpuh. Kejadian ini biasanya berlangsung selama beberapa detik dan disertai halusinasi. Yang menarik adalah, orang-orang yang letih karena aktifitas fisik tanpa kerja otak yang berat lebih rentan terhadap hal ini. Jadi, dalam hal ini, bukan pohon keramat di ujung desa yang salah, tapi karena bermain kejar-kejaran hingga terlalu lelah lah yang menjadi tersangkanya.
Peristiwa selanjutnya adalah peristiwa yang sangat sering ditampilkan di televisi. Anda pasti pernah, dan bahkan sering, melihat acara uji keberanian di salah satu televisi swasta kan? Ya, yang pesertanya diminta terjaga semalaman sambil membawa lilin. Sebelum acara, biasanya pemandu dan paranormal akan berjalan-jalan di sekitar lokasi dan memotret orbs. Ini yang menjadi topik kita selanjutnya.
Para pemburu hantu sangat menyukai fenomena ini. Mereka akan pergi ke suatu tempat gelap, mengambil kamera, lalu memotret. Ketika hasil jepretannya keluar, akan terlihat bulatan-bulatan putih pada foto. Bulatan ini disebut orbs dan ditafsirkan sebagai roh mereka yang telah meninggal. Bagaimana penjelasan yang ditawarkan oleh peneliti? Jawabannya cukup membosankan. Orbs hanyalah akibat dari efek kamera. Jika objek seperti sebutir debu atau tetesan air hujan berada sangat dekat dengan lensa kamera, objek yang terkena lampu blitz tersebut akan berubah menjadi bulatan putih alias orbs. Anda ingin membuatnya? Pada malam hari, ambil kamera, nyalakan blitz, lempar beberapa tetes air di hadapan kamera dan potretlah. Anda akan mendapatkan orbs anda sendiri. Apakah acara televisi "masih membawa lilin" itu masih menjadi menyeramkan?
Sebagai penutup, saya tidak berharap anda membantah saya dengan agama. Tapi jika itu yang anda inginkan, baiklah. Allah SWT menciptakan malaikat, setan dan manusia. Lalu Allah SWT menyuruh malaikat dan setan bersujud di hadapan manusia, karena derajad manusia yang lebih tinggi. Dengan begitu, haruskah kita takut kepada setan dan sebangsanya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar